Air dan Jambu Batu



Dari Ulang Tahun Ke-43 [Bagian 6-Akhir]
Mengalir Seperti Air, Kokoh Seperti Jambu Batu

Memang dalam kamus hidup saya tidak ada kata menyerah dengan keadaan. Dan karakter ini pula yang selama ini membantu saya meniti karir sampai seperti sekarang ini.

Sebenarnya karakter alam yang sering kita lihat itu bisa menjadi media pembelajar kita. Itu yang selama ini saya merasakan. Dan selama saya menjadi politisi mengalami itu semua sampai sekarang. Jalan keluarnya justru datang dari alam yang memberikan isyarat. 

Terkadang arus tiba - tiba datang dan memaksa kita berfikir cepat tapi tepat. Terkadang juga seperti angin sepoi - sepoi tapi sebenarnya itu kode bahwa akan datang angin badai.

Jadi benar - benar membutuhkan seni, keterampilan, analisis, rasa sekaligus perasaan untuk mengasah ketajaman insting sehingga bisa bersikap yang tepat dan bisa mengambil momentum. Apalagi politik, karena semua kemungkinan bisa terjadi dan bisa datang tiba - tiba.

Perjalanan selama 43 tahun dan separuh umurku memang merasakan itu. Saya beruntung karena dekat dengan para sahabat dan ulama yang sering keluar kalimat filosofis, salah satunya ya filosofi Jambu Batu dari KH Buya Muhtadi. Itu dalam banget menurut saya dan saya awalnya juga ga begitu mengerti tentang makna itu.

Beruntung ada ulama yang membantu soal makna Jambu Batu sehingga saya menjadi tahu. Dan uniknya filosofi Jambu Batu itu persis dengan karakter saya. Disini hebatnya ulama, bisa tembus pandang. 

Memang dalam kamus hidup saya tidak ada kata menyerah dengan keadaan. Dan karakter ini pula yang selama ini membantu saya meniti karir sampai seperti sekarang ini.

Sampai sekarang pun masih berlaku dan ada dalam diri saya. Jadi, ketika menghadapi tribulensi atau goncangan saya akan tetap berdiri dan otak saya secara otomatis akan langsung bekerja menjelma seperti air mengalir.

Kalau kita lihat pergerakan air di sungai, dia akan menceri cela atau lubang sekecil apapun untuk bisa dilewati. Sekali pun dihimpit bebatuan air akan berupaya melewati batu itu untuk terus mengalir. Nah, karakter air ini pergerakan saya sedangkan jambu batu itu jiwa saya.

Air akan tetap bergerak meski terkadang suaranya lirih, tenang tetapi terus bergerak sampai membuat orang yang melihat pun kaget karena tak pernah menduga kok bisa sampai. Sedangkan jambu batu itu lebih kepada "pengaman" diri saya ketika dihadapkan pada dinamika yang super cepat sehingga lebih kokoh, tegak berdiri dan tak mudah patah.

Dan menurut saya, sampai kapan pun dua karakter yang dimiliki air mengalir dan jambu batu itu akan dibutuhkan. Beruntung saya lagi dua karakter itu sudah melekat dari diri saya sejak kecil. Jadi secara otomatis akan bekerja ketika menghadapi dinamika. 

Otomatis itu akan bekerja karena memang sudah menyatu dalam diri saya. Tanpa diperintah dua karakter itu akan bekerja saat menghadapi dinamika. 

Salam Hormat,
Fahmi Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar